Selasa, 27 Desember 2011

hukum shalat sunnah rawatib subuh


Hukum Shalat Rawatib Subuh
Shalat sunnah rawatib Subuh termasuk shalat sunnah yang paling muakkad dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamsenantiasa melakukannya dan tidak meninggalkannya, baik di kala bepergian ataupun tidak.
Di antara dalil yang menunjukkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya di kala bepergian (safar) adalah hadits Abu Maryam yang berbunyi,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَأَسْرَيْنَا لَيْلَةً فَلَمَّا كَانَ فِي وَجْهِ الصُّبْحِ نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَامَ وَنَامَ النَّاسُ فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلَّا بِالشَّمْسِ قَدْ طَلَعَتْ عَلَيْنَا فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤَذِّنَ فَأَذَّنَ ثُمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ
Kami dahulu pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan, lalu kami berjalan di malam hari. Ketika menjelang waktu subuh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti dan tidur, dan orang-orang pun ikut tidur. Beliau tidak bangun kecuali matahari telah terbit. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan muazin (untuk berazan) Lalu ia (muadzin) mengumandangkan azan, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dua rakaat sebelum shalat subuh, kemudian memberi perintah pada sang muazin, lalu sang muazin beriqamah, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami orang-orang (dalam shalat subuh).”
Demikian juga, Imam al-Bukhari menyatakan,
بَاب مَنْ تَطَوَّعَ فِي السَّفَرِ فِي غَيْرِ دُبُرِ الصَّلَوَاتِ وَقَبْلَهَا وَرَكَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ فِي السَّفَرِ
Bab orang yang melakukan shalat tathawu’ (sunnah) dalam perjalanan pada selain waktu sesudah dan sebelum shalat fardhu (rawatib). Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan dua rakaat shalat fajr dalam safarnya (bepergiannya).” [2]
Ibnu al-Qayyim menyatakan, “Di antara contoh petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam safarnya adalah mencukupkan diri dengan melaksanakan shalat fardhu,dan tidak diketahui bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat sunnahrawatib sebelum dan sesudahnya (shalat fardhu), kecuali shalat witir dan sunnah rawatibSubuh, karena beliau tidak pernah meninggalkan keduanya pada keadaan mukim ataupun bepergian.” [3]
Juga, pernyataan ‘Aisyah yang berbunyi,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ أخرجه الشيخان
Dari ‘Aisyah, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah secara berkesinambungan melebihi dua rakaat (shalat rawatib) Subuh.” [4]
Oleh karena itu, Ibnu al-Qayyim menyatakan, “Kesinambungan dan penjagaan beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap shalat sunnah rawatib Subuh lebih dari seluruh shalat sunnah. Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan shalat rawatib Subuh dan shalat witir dalam keadaan safar dan mukim.
Dalam safar, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa disiplin melaksanakan shalat sunnah rawatib Subuh dan witir, melebihi seluruh shalat sunnah dan rawatib lainnya dan tidak dinukilkan dari beliau dalam safar melakukan shalat rawatib selain rawatib subuh. Oleh karena itu, dahulu Ibnu Umar tidak menambah dari dua rakaat dan menyatakan, ‘Saya telah bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan Umar. Dalam safar, mereka tidak (melaksanakan shalat rawatib) melebihi dua rakaat.’” [5]
Dengan demikian, jelaslah bahwa hukum shalat sunnah rawatib Shubuh adalah sunnahmuakkad (sangat ditekankan) dan termasuk shalat rawatib yang paling dianjurkan.

0 komentar:


Diberdayakan oleh Blogger.

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP